Friday, August 29, 2008

Sorkam, lebih baik selamat...


“gus, kamu ikut belajar ndata ke Lapangan ya!..”, kata salah seorang kasi di kantorku.
“daripada di kantor terus... gak ada hasilnya, itung2 buat beli tiket pulang..”, lanjutnya.

“ya, deh.. pak. Tapi,, saya kan belum pernah. Jadi, jangan sendirian ya Pak!” jawabku.

“ya, nanti kucarikan kawan yang pernah ndata sebelumnya...”.

Akhirnya,, tanggal 21 Agustus 2008, dua hari berselang sejak hari kelahiranku, akupun berangkatlah mendata..

Pagi itu, entah kenapa, kepalaku serasa mau pecah. Entah ini firasat apa. Mau berangkat tugas lapangan malah sakit. Sebenernya kalo boleh jujur, lebih baik aku tak jadi berangkat...
Hanya saja...


Hati kecilku yang lain memaksaku untuk tetap berangkat. Aku tak tega melihat sahabatku yang sekaligus partner kerjaku berangkat sendirian.
Sebelum berangkat, kami menyempatkan diri dulu sarapan dan aku, dengan rasa pusing mendera berusaha menelan obat dengan sekuat tenaga. Maklum, aku anti sama obat. Aku gak bisa menelan obat hanya dengan minuman... pokoknya harus ada makanan. Ntah apapun itu...

Singkat cerita, sore itu kami pun berangkat. Selama perjalanan, aku menahan rasa pusingku yang tak kunjung reda. kami terjang jalanan panjang selama sekitar 2 jam dengan motor king plat merah. Hingga sampailah kami di Sorkam..

Ini belum sampai di daerah yang kami tuju, masih butuh perjalanan sekitar setengah jam lagi.. Sorkam hanyalah tempat yang kami pilih untuk menghabiskan malam2 kami selama mendata. Bukannya di daerah yang akan kami data ini tidak ada tempat menginap, hanya saja kami was-was. Pasalnya, daerah itu masih kental dengan hal2 yang berbau magis. Penduduk setempat yang kehidupannya sudah “beradab”, atau halusnya “sudah memanfaatkan teknologi dalam memenuhi kebutuhannya”, banyak yang mengakui, bahkan menjadi korban. Daerah ini berbatasan dengan Barus, kota dimana kapaur barus berasal. Barus inilah, yang kata orang merupakan tempat yang “berbahaya”. Tak urung, banyak orang takut nerkunjung ke kota itu.
Fiuh... awalnya kurang percaya juga, tapi... ya jaga2 lah. Bagaimanapun, Keselamatan adalah hal utama.

Malam itu, menginaplah kami di rumah salah satu penduduk. Alhamdulillah, orang yang rumahnya kami tumpangi ramah dan baik hati.. disana kami menyusun rencana untuk esok hari...


Sunday, August 3, 2008

kotaku




inilah salah satu wajah pemandangan yang akan kau temui di Sibolga. memang tak sebagus surga, tapi setidaknya lebih enak diliat daripada kamarmu yang berantakan itu, atau daripada rumahmu yang berada di tengah padatnya aktivitas dan ketidak-jelasan.

klo kamu punya waktu (pastinya setiap orang punya lah yau...), ada baiknya kamu refreshing ke tempat ini, ke kota dimana sekarang aku tinggal, Sibolga. kota dengan berjuta keindahan dan ketidakindahan,, walah...

anda merasa tertarik? anda seorang petualang? anda seorang pecinta alam? anda punya uang? dan siapapun anda... silakan datang kemari. klo perlu, bolehlah singgah ke tempat saya. hehehe...

gara2 prajab...

huhu...
ada panggilan buat Diklat Prajab nih,...
gak tahu deh, musti seneng atau nggak. Diklat ini sih kata orang "amat vital", dan memang kenyataannya demikian.
tapi, kenapa aku mesti berangkat sendirian. kenapa dari kantorku hanya aku seoarang yang dapat panggilan gelombang pertama. kenapa, kenapa dan kenapa???

tak tahukah dikau apa yang sekarang kualami,
aku kesepian, sendirian. sementara teman2ku disini gantian ikut Prajab.

seharusnya ini tak jadi soal jika aku kerja atau ditempatkan di Kota yang accessable. tapi, aku di Sibolga, sayang. meski sedang di kota, tapi aku merasa seperti sedang di kampung. apa2 susah di dapat. warung makan jarang...

huhu...


nasib... nasib...

hari ini, aku tak tahu mau makan apa. aku jadi mikir... buat apa sih aku bekerja, buat apa sih aku punya gaji yg kata orang diatas rata2? klo ternyata aku mau makan saja susah.

hmmmh...
harusnya perjuangan berat masa kuliah tak layak terulang. biarlah jadi masa lalu... tapi, kenapa justru saat setelah apa yang orang harapkan datang, yaitu ketika bisa bekerja dan punya gaji; hidupku malah semakin merana, sengsara.

apalagi hari ini, ketika aku sendirian disini. maksudku tanpa teman yang biasa ada disekelilingku.
aku benar2 kesepian. kaluut...

seandainya klo orang tak makan gak bakal sakit, mungkin aku g akan makan. ini begitu menyusahkan. kota ini membosankan.

huhu...
tolooong aku. makanan, datanglah kepadaku. datanglah orang yang berbaik hati membuka rumah makan di dekat kosku...


jab.. prajab !!!

Prajab adalah satu kenangan yang tak kan terlupa. meski hanya sebentar, ini adalah salah satu proses hidupku, salah satu tahap tuk gapai masa depanku. masa depan yang aku gak tahu akan suram atau terang gemerlap. why not? klo g lulus diklat ini, aku harus mengulang lagi. dan.. klo udah ngulang masih g lulus juga. naas sudah. nasibku lah g bakal jadi pe-en-en.

hoho,... jab prajab...
Prajab sungguh kegiatan yang mengasyikkan, seandainya saja keasyikan itu tidak dinodai oleh si Gondrong (G), pembimbing yang kata orang bermuka garang hati bumerang. Subhanallah.

tiap pagi, kami diajak lari pagi terus senam... lalu mandi. setelah itu, juru masak yang aduhai telah selesai melakukan tugasnya dengan baik kami pun sarapan. meski kadang2 mereka telat juga, sehingga kami terpaksa mandi matahari di lapangan, PBB dulu. tapi, tak apa, paling juga sebentar. setelah itu toh akan tergantikan dengan kenikmatan masakan para juru masak yang baik hati.


hmmm...
menjelang siang, kami diajak bermain. uh.. kayak anak2 saja. tapi ternyata asyiik bgt loh.. meski udah remaja, bahkan dewasa, bermain bukan sesuatu yang membosankan. justru jadi sesuatu yang sangat meghibur. seru deh... lari-lari, teriak-teriak, kejar-kejaran, ketawa-ketiwi... uh...
udah seneng gitu, eh... sang juru masak menunjukkan kebaik-hatiannya dengan menyuguhkan makanan ringan. klo tiap hari kayak gini, bisa gemuk lah... hehe... gemuk g ya? soalnya kan diimbangi dengan olahraga yang teratur... osh..

klo diklat buat orang2 yg udah gedhe, g lucu donk klo cuma main2. so, panitia juga ngasih kami materi sebagai pemerkaya hasanah pengetahuan. emang baik tuh panitia.

malemnya, karena kami banyak orang. kami bergiliran jaga. ronda gitu, lah...
wah, padahal sih sebenernya mata udah berat banget. tapi, harus teteup semangat, teteup berjuang... demi keamanan semua...

sampe pada satu malem, kami semua kecapaian....

dan...

kami semua kena dikerjai si G. huuu....hhh...

malam itu, kami semua tertidur pulas, termasuk teman yang dapet giliran jaga. seseorang pun berhasil menyelinap.. dan.. tanpa ketahuan berhasil menggelapkan sepasang sepatu, seutas arloji, dan sebiji modul diklat. selain itu, orang itu jg berhasil menyembunyikan seonggok kasur yg tergeletak lemah tanpa penghuni diatas dipan. kasur yg notabene adalah jatah teman yang sedang giliran jaga, tapi malangnya ketiduran di bangku...

esok harinya, dengan pura2 gak tahu (emang,, sebenernya tahu gak ya?), si G bersandiwara, dan akhirnya kami pun dihukum akibat kelalaian kami. hiks...
dan hukuman demi hukuman masih berlanjut hingga malam tiba.

dan klimaksnya, yaitu ketika dia menunjukkan foto kurang senonoh dr salah satu teman kami yang tertangkap kameranya. temanku benar2 dipermalukan, hanya gara2 tidur hanya dengan berbalut celana dalam dan kain sarung. yang, ntah bagaimana, G berhasil mengambil gambar pada saat dia tertidur dengan pose menantang. ah...

ah.. sang teman dapet tambahan hukuman lagi... kasian...

pada hari penghabisan...
akhirnya sang pelaku pun mengakui semuanya. si G, sang penyelinap memang sengaja ngerjain kami...
uh... KENA DEH!!!


Uang itu… (2)

Beberapa hari berselang sejak ditemukannnya seonggok uang subhatku….

Pada suatu maghrib, saat aku baru saja selesai solat, dan sedang bersiap hendak melakukan ‘santap malam’….

Tiba-tiba…

Tuuut…
Dering HP`ku berteriak… nomor tak dikenal…

“halo…”
“hei, guys! Lg ngapain?”
“lg santai, ini siapa ya?”
“ini opick…”

Tanpa bla bla bla, ku jawab:
“Oooo.. kamu to nDul. Pa kabar sekarang, masih di Salatiga?”
“Salatiga mbahmu kui…”, kata dari seberang sana memarahiku…

Loh… sejenak aku jadi binun ...


“aku tu temenmu yang di Aceh”….
“oh…. Maap…”, ternyata aku salah kira… hehehe…
“ada apa, tumben telepon…”, lanjutku
“ya pengen denger suaramu ajah. Gmn kantormu? Udah dapet seksi blom disana?”

Singkat kata, aku pun menceritakan secara panjang lebar mengenai tetek bengek yang aku tahu mengenai kantorku. Lalu, setelah agak lama ngobrol ngalor-ngidul gak ada juntrungnya, dia lalu bilang…

“OK guys,, itu tadi baru pembukaannya…”

Loh, pembukaan aja udah segitu panjangnya, pikirku.

“intinya…”, dia melanjutkan. “kemaren kan E nemuin duitmu nih, nah.. skrg gw lg butuh duit bgt. Boleh g duitmu tuh gw pake dulu. Gini, sebenernya gw ada perhitungan sendiri, harusnya gw g sampe semiskin ini seandainya gw dapet panggilan diklat setahap lebih cepat. Naasnya, gw dapet panggilan pada periode terakhir. So, selama nunggu buat diklat, gw yg masih tinggal di pelosok ini, g bisa ngambil duit, dsb. Dengan duitmu, gw akan ttp bisa bertahan hidup, setidaknya hingga akhir bulan. Gimana, boleh ga?” sambungnya panjang lebar…
“Ok, pake aja lah…”, jawabku iba. Kok bisa2nya ada temen yg ngalamin nasib sedemikian mujurnya, sampe mo makan aja susah. Subhanallah…

Akhirnya, uang itu kepake juga. Smoga berkah…


uang itu....??? (1)

8 Juli 2008, 08:30:28

HP`ku berdering tanda SMS masuk, buru2 aku buka...
'telpon ak gus', pesan yang singkat dari temenku.

aku pun segera menuruti keinginannya, kutelepon dia....
tuuut....

"halo gus, kau udah pernah kehilangan uang 700rb blom?",tanyanya...
"udah... bla.. bla.. bla... ", jawabku.

singkatnya, temenku telah berhasil nemuin duitku yang ilang hampir setahun yang lalu. duit yang sebenernya aku sendiri udah merelakan kepergiannya...

Tapi, tak apalah. itu berarti masih rezekiku. kukira uang itu bukanlah hakku, sehingga waktu itu menghilang dengan misterius. yah, sangat misterius... tak mungkin dicuri oleh manusia. karena, setahuku dan aku yakin, hanya aku seorang yang tahu tempat penyimpanan rahasiaku. sungguh seakan diambil makhluk gaib. padahal... aku tak yakin kalo makhluk gaib sekalipun mau mengambil uang itu.


pada masa2 kuliahku, jumlah itu sudah cukup besar. setidaknya lebih besar dari uang sakuku sebulan. dan pada saat aku kehilangan, aku tak pernah merasa sedih, merasa berat, ataupun apa sebagai akibat ditinggalkannya. mungkinkah hati ini telah kembali fitrah dengan tak begitu mengharap gemerlap kehidupan duniawi? tak mungkin, nyaris mustahil bagi orang yang masih lemah iman sepertiku.

uang itu bukanlah uang saku jatah dari ortu, bukan juga hasil tabunganku. kalo dibilang hasil kerja, bisa benar bisa juga tidak. yang pasti itu rezekiku. gak tahu uang itu halal atau haram, uang subhat. tapi, kuanggap saja halal. toh, aku tak menerima dari cara yang tidak benar, atau aku telah melakukan sesuatu yang melanggar peraturan. atau bahasa kerennya "korupsi". aku telah bekerja, bekerja sesuai prosedur. meski statusku hanya sebagai pegawai magang. terus, apa salahnya klo atasanku berbaik hati memberi, berbagi. sudahlah... husnuzzan saja...
Masalahnya, itu bukan pendapatan dari jalur resmi. sedang instansiku terkenal dengan praktik2 penyelewengan yang tak bisa dibenarkan dengan undang-undang. Dari jalur resmi, aku sudah dapet jatah dari kantor pusat. Jatah yang selama belom ada SKPP, akan selalu setia mengisi rekeningku. Uh... indahnya...

Hmmm...
So, what should I do?

Aku mulai bingung, apa yang mesti kulakukan sekarang...
Oh, God! Help me!!! Beri daku petunjuk....


rOaD t0 sIboL9a

Hari berganti setelah pengumuman penempatan. aku menunggu hari yang merurutku tepat untuk berangkat. tapi, aku sendiri tak tahu kapan hari itu kan datang...

Aku masih saja menghabiskan waktuku di kantor tempat aku magang, membantu ala kadarnya. kupikir daripada di kos sendirian dan tak tahu apa yang hendak dilakukan. toh aku bisa sekalian minta hakku di kantor itu, tentunya bukan gaji karena aku tak berhak. aku hanya tenaga gratis disana, tenaga yang dihibahkan kantor pusat pada kantorku. tapi yg jelas, sebenernya hak yg kuminta juga UUD (Ujung Ujungnya Duit), karena pada akhirnya akan InsyaAllah akan cair juga. semoga...

Salah satu temanku yang sama2 dapet di Sibolga mengubungiku via HP,

"goes, kapan kita meluncur kesana?"

aku berpikir sejenak, lalu kujawab,

"ya kapan enaknya? klo menurut aku, minggu depan aja. kita akan menghadapi perjalanan jauh loh.."
"hmmm, baiknya kita ketemu besok senin di GKN, kita diskusikan aja dulu...", kata temenku..
"OK lah, ide bagus! besok siang aku kesana..", jawabku.


--–
Malam minggu, di kos mati lampu. Kuajak temen2 kosku main ke dr.Mansyur, tempat yang terkenal dengan tempat jualan makanan enak dengan harga sesuai kantong mahasiswa. Kami pun makan disana sembari menyaksikan pertandingan semifinal piala super.

––

Esok harinya (senin, 23 Juni'08), kami bener2 ketemuan. akhirnya saranku juga yang disepakati, kami akan berangkat hari Kamis. Selain punya cukup waktu buat persiapan, aku sebenernya juga masih pengen menghabiskan saat2 terakhir di Ibu Kota Sumut ini.

Dulu, waktu pengumuman kelulusan Pendaftaran STAN, aku juga cukup syok karena dapet di Medan. kupikir, Medan adalah kota yang menyeramkan; banyak orang galak, tingkat kriminalitas tinggi, dsb. aku juga bingung, bagaimana aku kan kesana. demikian jauhnya dari tempat tinggalku. aku tak yakin bisa kuat naik bus sampai Medan. belum lagi nanti sampai Medan mau bagaimana. sebagai seorang 'fresh-graduated' dari sebuah SMA, kiranya wajarlah kalo masih canggung. Apalagi di tanah yang kan kutuju, aku tak punya saudara ataupun kenalan. aku bakal seorang diri.

tapi Alhamdulillah, semua itu sudah menjadi masa lalu. semua itu sudah berhasil teratasi. dan aku berhasil juga sampai Medan, bahkan hingga menamatkan pendidikan D1ku.

––
Nasib yang tak jauh beda ternyata kualami sekali lagi, kini kota yang kutuju adalah Sibolga.

Semua rencana yang tersusun gagal total. Pagi ini temenku menelepon,

“Goes, kita berangkat besok aja. Bareng senior…”
“Hmmmm…… baiklah jika itu yg kau inginkan…”, jawabku pelan.
Daripada aku berangkat sendirian, pikirku…

––
Alhamdulillah Allah masih mau memberi kemudahan. Sore di hari berikutnya aku berangkat. Meninggalkan sejuta kenangan di Medan. Dan esok paginya aku pun sampailah di Sibolga, kota yang cantik. Semua berjalan lancar, hingga aku dapet kos, lapor ke kantor baru, dsb. Meski dengan sedikit kendala yang tak begitu berarti, tentunya…


***
Sibolga, 25 Juni 2008 (5:55:50 PM)