Tuesday, November 25, 2008

ada apa dengan Dia



hatiku kini sedang berbunga-bunga. naluri keremajaanku, naluri kemanusiaanku kembali datang bak angin meniup hati ini, sejuk...
apakah ini satu keindahan, akankah ini menjadi satu kebahagiaan, atau justru kan jerumuskan aku ke dalam neraka terdalam...

aku pasrah...

aku sungguh berharap...
dia, gadis yang akhir2 ini selalu menghiasi hariku, tak membaca postingan ini... tak pernah, kecuali hingga saatnya nanti.

aku malu...

terutama sekali pada dirinya.
apakah rasa ini dosa? tapi.. toh, apa daya,, aku tak mampu menghalaunya pergi.

Dia, sesorang yang menurutku bagaikan Anna Althafunnisa', tokoh utama dalam Novel KCB karya Habiburrahman el Shirazy. sungguh akhwat idaman,, setidaknya bagiku.

ini terlalu berlebihan...

tidak,, Anna Althafunnisa adalah wanita yg nyaris sempurna, gadis yang lembut. idamanku, harapanku, dan mungkin hanya ada dalam anganku.

dan "dia" tidak se`perfect Anna Althafunnisa, setidaknya belum...
nasib lah yang membedakan mereka. Anna anak seoarang kyai TOP,, sedang dia sudah berbeda alam dengan Abinya. Anna bisa belajar sampai Mesir, sementara dia, untuk kuliah di Indonesia saja mgkn terasa berat karena segala kebutuhan keluarga hanya ditanggung bunda seorang.

tetapi, dia telah menyita asaku,, meski dia juga memupuk semangatku.
jarak tak pernah menghalangi rasaku. rasa bersemi seiring komunikasi dari hari ke hari. semoga bukan rasa kasihan... tak ada yang perlu dikasihani. aku tahu, dia sosok yang kuat. kuat lagi tegar menjalani nasib.

oh, man...
andaikan, rasaku ini rasanya....
adakah rasanya juga rasaku? hehehe...


Tuesday, November 18, 2008

Sebuah kisah di Rumah Kontrakan

ini adalah kisah yang yang kualami sekira satu bulan yg lalu..

Sudah hampir 2 hari Cynthia numpang menginap di kontrakanku yang kecil di daerah Sibolga. Awalnya saya agak khawatir dengan perubahan suasana ini.
Cynthia cuma menumpang sementara di sini padahal saya bingung "gimana perasaan cewek gue".

Untuk mencari penegasan saya tatap wajah muda Cynthia yang cantik dan lucu. Cynthia membalas tatapan saya tanpa berkedip. Sebersit saya membaca kegenitan di dalamnya, saya pun menyerah...

Hari pertama, 10 Oktober 2008...

Cynthia nampak begitu kalem dan sopan. Ketika itu bunga (samaran buat cw gue) menelepon saya dan dia mendengar suara celoteh Cynthia yg menjengkelkan. untungnya bunga oke-oke aja setelah mendapat penjelasan logis.

sore itu, Avi (jg nama samaran), temen sekantorku, kebetulan main ke rumahku. dia bertanya kepadaku siapa dia. setelah kujelaskan, dia pun cuek tanpa mengajak berkenalan Cynthia...
Cynthia pun kelihatannya cuek2 aja ma kehadirannya...

Avi duduk beralaskan tikar di ruang tamu, tak jauh dari posisi saya duduk. Cynthia nampak menjaga jarak dengan saya, dia duduk tidak bergeming di samping Avi sambil menikmati udara sore. Saya mencoba menggoda Cynthia. Tapi female satu ini
seperti batu, Avi dan dia menatapku tanpa berkedip.

Hari pertama agak sorean. Problem mulai muncul ketika Avi pulang meninggalkan kontrakanku, membiarkan saya dan Cynthia berdua di rumah adalah hal yang janggal, saya tidak tahu harus bersikap bagaimana, saya grogi dan nervous. apalagi begitu motor Avi berlalu, Cynthia langsung mendekati saya dengan penuh roman. Saya masih duduk dengan perasaan tidak nyaman. Cynthia mendekati saya dan ikut duduk di samping. Kaki saya yang terjulur ke atas meja di sentuhnya dengan halus, pinggang saya disenderinya dengan santai, merasa agak terganggu, saya berdiri dan pindah ke kamar.

Cynthia mengikuti.
Saya berpura-pura sibuk main game di komputer, tapi Cynthia berdiri di sana menatap saya dengan pandangan yang sendu dan mengundang.

Saya tanyakan, "Apa kamu belum makan siang?"

Tapi Cynthia tetap terdiam seakan dia meminta sesuatu yang lain. Saya termangu tidak mengerti apa maksudnya.

Tapi karena saya ini termasuk laki-laki yang tahan godaan, jelas saya tidak mau berpikiran yang bukan-bukan. Saya cuekin Cynthia seharian.

Hari kedua, 11 Oktober 2008.
Cynthia makin liar menjadi-jadi, Cynthia menggoda saya habis-habisan.
Tubuhnya yang langsing selalu dicoba menempeli saya dengan kurang ajar. Walaupun Cynthia cantik, dan suaranya lembut menarik, saya tidak mau jatuh tertarik padanya.

Ketika saya bentak, "Cynthia Please............. Jangan ganggu saya!!!"

Dia tetap saja berkepala batu. Bahkan ketika saya duduk diatas kasur kembali, Cynthia mencoba membaringkan tubuhnya di pangkuan saya. Saya marah dan berdiri, mengusirnya, lalu membaringkan tubuh lagi.

Angin dari jendela yang bertiup dingin dan matahari yang masih nampak garang siang ini membuat saya jatuh tertidur 5 menit kemudian. Samar-samar saya merasa ada sesosok tubuh berbaringan di samping kanan. Tubuh hangatnya yang halus menyentuh lengan saya secara lembut dan mengundang. Sejenak saya merasa, barangkali si Avi balik lagi untuk mengambil barang yang biasanya tertinggal, tapi lama- lama saya
menyadari tubuh hangat ini pasti bukan Avi.

Saya terkejut lalu bangkit secara tiba-tiba. Kali ini saya benar-benar murka melihat Cynthia sedang berbaringan secara santai dan erotis di samping saya. Padahal sebelum ada akad, saya berpikiran untuk tidak tidur dengan mahluk bergender perempuan. Itulah sebabnya saya bentak Cynthia untuk jangan berbuat kurang ajar, karena sudah tidak tahan saya berdiri dan membuka pintu rumah kontrakan.

"Keluar..!", teriak saya tidak sabar.

Wajah Cynthia nampak lesu dan sedih. Dua detik dia termenung untuk kemudian berjalan perlahan. Saya tidak lagi ingat akan segala bujuk rayunya, persoalan ini akan semakin membesar jika saya membiarkan Cynthia lebih lama menetap di kontrakanku. Langkah Cynthia yang seksi berhenti 10 meter dari pintu.

Karena saya takut dia akan merubah niat untuk berbalik kembali ke sini, saya berteriak
"Dont you ever think about that !!!"

Cynthia menatap saya secara kurang ajar, lalu membalas teriakan dengan keras:

"MEOWWWNGGGG..!! MEOWWWWWNGGG..!!"

Kucing jalanan itu akhirnya kembali ke asalnya...

SERIUS AMAT BACANYA..!!! :P
hahaha...


Monday, November 17, 2008

kisah lantai dan patung pualam

Alkisah terdapat sebuah museum yang lantainya terbuat dari batu pualam yang indah. Di tengah-tengah ruangan museum itu dipajang sebuah patung pualam yang juga sangat besar. Banyak orang datang dari seluruh dunia mengagumi keindahan patung pualam itu. Suatu malam, lantai pualam itu berkata pada patung pualam.

Lantai pualam : ”Wahai patung pualam, hidup ini sungguh tidak adil. Benar-benar tidak adil! Mengapa orang-orang dari seluruh dunia datang kemari untuk menginjak-injak diriku tetapi mereka mengagumimu? Benar-benar tidak adil!”

Patung pualam : ”Oh temanku, lantai pualam yang baik. Masih ingatkah bahwa kita ini sesungguhnya berasal dari gunung yang sama?”

Lantai pualam : ”Tentu saja, justru itulah mengapa aku semakin merasakan ketidak- adilan itu. Kita berasal dari gunung batu yang sama, tetapi sekarang kita menerima perlakuan yang berbeda. Benar-benar tidak adil!”

Patung pualam : ”Lalu apakah kau masih ingat ketika suatu hari seorang pemahat datang dan berusaha memahat dirimu, tetapi kau malah menolak dan merusakkan peralatan pahatnya?”

Lantai pualam : ”Ya, tentu saja aku masih ingat. Aku sangat benci pemahat itu. Bagaimana ia begitu tega menggunakan pahatnya untuk melukai diriku. Rasanya sakit sekali!”

Patung pualam : ”Kau benar! Pemahat itu tidak bisa mengukir dirimu sama sekali karena kau menolaknya.”
Lantai pualam : ”Lalu?”

Patung pualam : ”Ketika ia memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaannya pada dirimu, lalu ia berusaha untuk memahat tubuhku. Saat itu aku tahu melalui hasil karyanya aku akan menjadi sesuatu yang benar-benar berbeda. Aku tidak menolak peralatan pahatnya membentuk tubuhku. Aku berusaha menahan rasa sakit yang luar biasa.”

Lantai pualam : ”Mmmmmmm.........”

Patung pualam : ”Kawanku, ini adalah harga yang harus kita bayar pada segala sesuatu dalam hidup ini. Saat kau memutuskan untuk menyerah, kau tak boleh menyalahkan siapa-siapa atas apa yang terjadi padamu sekarang.”